Puzzle Of Life

 

BERBAHAYA!

ORANG TUA SELINGKUH, BERDAMPAK KE ANAK ?

Pernikahan merupakan komitmen yang sangat pribadi terhadap manusia lain dan sebuah perwujudan cita-cita dari sebuah hubungan, persahabatan, keintiman, kesetiaan, dan berkeluarga. Jadi, pada pandangan ini, pernikahan pada dasarnya adalah komitmen pribadi, dengan penambahan stabilitas dan keintiman. Ada berbagai alasan sehat dalam sebuah pernikahan dan berbagai alasan tidak sehat dalam pernikahan. Tiga masalah mendasar yang seringkali bertumpang tindih dalam menghasilkan sebuah masalah dalam pernikahan, antara lain kekuasaan (power), kepercayaan dan keintiman. Masalah ini juga rentan menimbulkan ketidakpercayaan, ketidakjujuran dan kurangnya saling memahami antara pasangan yang kemudian dapat memicu perselingkuhan.

Perselingkuhan adalah pelanggaran sebuah kepercayaan, pengkhianatan sebuah hubungan, pemutusan sebuah kesepakatan. Dengan tingkat kejadian paling tidak satu dari pasangan menikah akan berselingkuh selama menjalani pernikahan berkisar 40% hingga 76%. Adapun faktor penyebabnya meliputi masalah dalam pernikahan, tujuan dari perselingkuhan itu sendiri, psikodinamika pelaku, kepribadian pelaku, dan perilaku seksual pelaku. Untuk faktor yang mempengaruhi terjadinya perselingkuhan antara lain gender, usia, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, pandangan agama, budaya, dan lain-lain.

Dampak perselingkuhan dalam bidang medis adalah penyebaran penyakit menular seksual seperti HIV, Herpes, Chlamydia dan Hepatitis serta adanya paternal discrepancy. Pada dampak psikologis akan mempengaruhi pelaku, pasangan bahkan anak. Hasil dari perselingkuhan akan berupa perceraian dan recovery perbaikan keretakan. Ketika individu tidak dapat menemukan alasan yang sesuai untuk melanjutkan pernikahan mereka atau mencapai kesepakatan negosiasi dengan pasangan, mereka akan menggunakan pilihan pribadinya dan membuat rencana untuk mengakhiri pernikahannya. Sedangkan sekitar 50-60% pasangan yang berada dalam terapi atas perselingkuhan memutuskan untuk memulihkan hubungan.

Dampak perselingkuhan terhadap psikologis anak.
Proses pembentukan kepribadian anak menjadi manusia seutuhnya terjadi di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah tempat titik tolak pertama untuk tumbuh kembang kepribadian anak. Peran keluarga sangat mendominasi untuk menjadikan anak cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan faktor penentu dalam pengembangan kepribadian anak. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak mendapatkan pengaruh (nilai) hidup, karenanya keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidik.
Jika anak terpaksa tinggal di lingkungan yang tidak bahagia, maka di masa depan, anak akan mengalami kesulitan. Sama halnya dengan anak yang tinggal bersama keluarga yang sedang memiliki permasalahan keluarga, yang salah satu orang tuanya melakukan perselingkuhan dengan yang lain, maka itu akan berefek pada psikologi anak. Efek dari perselingkuhan salah satu orang tua terhadap anak, antara lain:

Perasaan bersalah. Hal ini bisa terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. Mereka tidak paham apa yang terjadi pada orangtuanya. Hubungan yang tidak harmonis dan menegangkan yang terjadi dalam keluarga, akan membuat anak-anak berpikir kalau situasi tersebut dipicu karena dan dari kesalahan mereka.

Perasaaan malu. Jika perselingkuhan orangtuanya banyak diperbincangkan di lingkungan sekolah atau keluarga besar. Anak akan merasa tidak nyaman di rumah sehingga mudah terbawa lingkungan sekitar yang bisa berakibat fatal seperti meminum minuman keras atau memakai obat-obatan terlarang.

Penurunan self esteem. Anak-anak merasa dirinya tidak berharga, anak mulai malas belajar sehingga prestasi belajar anak akan turun drastis karena tidak ada lagi motivasi dan pendampingan belajar di rumah yang seharusnya mereka terima dari orang tua.

Depresi. Proses tumbuh kembang anak membutuhkan kondisi keluarga harmonis. Perselingkungan orangtua bisa menimbulkan perilaku buruk pada anak yang mengarah kepada depresi.

Anak menjadi agresif. Jika anak sudah mengalami tingkat frustasi terhadap kehidupan pribadi dan orangtua, anak akan menjadi agresif hingga dewasa kelak.

Anak sulit percaya pada orang lain. Seorang anak yang orang tuanya selingkuh cenderung akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan. Dampak buruk jangka panjangnya, anak memiliki kecemasan dalam berhubungan dengan orang lain terutama pada pasangan karena trauma dengan perselingkuhan orang tuanya.

Menjadi orang dewasa yang tidak setia. Anak-anak mengikuti jejak orang tua mereka, dan bahkan mengulangi keputusan buruk yang orang tua mereka lakukan. Menurut seorang psikolog klinis, 55% dari anak-anak yang orang tuanya tidak setia juga menjadi tidak setia dalam kehidupan dewasa mereka. Ini karena anak-anak melihat orang tua mereka sebagai model mereka. Dalam pikiran mereka, apa pun yang dilakukan orang tua adalah hal yang “benar”; sehingga mereka tumbuh dewasa merasa bahwa perselingkuhan adalah perilaku yang dapat diterima meskipun mereka tahu itu tidak benar.

Dari beberapa dampak tersebut di atas, maka eskalasinya si anak memiliki kemungkinan akan melakukan pengulangan, yaitu menjadi pelaku perselingkuhan ketika dewasa. Tentu saja ini bukan hal baik dan mata rantai ini harus diputus, demi masa depan si anak kelak.

Apa yang harus dilakukan?

Melihat betapa seriusnya dampak dari perselingkuhan orang tua terhadap psikologis anak khususnya anak remaja, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang anak remaja ketika mengetahui orang tuanya selingkuh untuk memutus mata rantai perselingkuhan sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan setia.

Pertama, menerima kenyataan. Seorang anak remaja ketika mengetahui orang tuanya selingkuh, belajar menerima kenyataan bahwa keluarganya sedang tidak baik-baik. Ada konflik diantara orang tuanya karena salah seseorang dari mereka selingkuh. Menerima kenyataan juga dibarengi dengan mengekspresikan emosi mereka terhadap situasi yang terjadi. Misalkan, si anak merasa malu, kecewa, marah, sedih, terluka dan sebagainya, harus di ekspresikan bukan mengabaikan perasaan tersebut. Perselingkuhan serta konflik yang mengikutinya bukan tanggung jawab si anak, bahkan akibat terburuk dari situasi tersebut seperti perceraian, si anak tidak memiliki kewajiban untuk memperdamaikan orang tuanya. Anak dalam situasi ini adalah korban.

Kedua, cari bantuan profesional. Mengingat dampak yang cukup serius sebuah perselingkuhan terhadap psikologis anak, maka seorang anak remaja harus terbuka dan bersedia menerima bantuan profesional seperti psikog atau konselor yang dapat menolong mereka. Upaya ini dilakukan agar kelak dewasa si anak tidak mengulangi kesalahan fatal yang dilakukan orang tua mereka. Trauma yang membatasi kemajuan tumbuh kembang anak, sebisa mungkin di kelola dan diselesaikan lewat bantuan profesional, salah satunya Puzzle of Life.

Puzzle of Life merupakan pusat konseling yang siap membantu dan mendampingi anak remaja yang terdampak secara psikologis akibat salah seorang dari orang tuanya yang selingkuh. Orang tua dapat menghubungi kami jika tidak ingin perilaku selingkuh itu “menular” kepada anak-anak. Mari kita putuskan rantai perselingkuhan dalam keluarga Indonesia demi masa depan anak-anak yang lebih baik.

 

Bagikan artikel
Klik untuk chat
Hallo, ada yang bisa kami bantu ?